Selasa, 23 Desember 2014

Pinocchio



                Melangkah pelan dari rak buku satu ke rak buku lainnya. Mencari novel yang menurutku menarik dan yang akan aku beli untuk membacanya. “Pinocchio” melihat sebuah buku yang berjudul seperti itu membuat aku teringat dengan seorang yang selalu menemaniku tapi, itu dulu.  Umurnya yang lebih tua membuatku menganggap dirinya sebagai kakak laki-lakiku, dia bernama, Pratama. Aku sering memanggilnya dengan nama kecilnya, Tama. Tama suka sekali dengan cerita Pinokio, dia bilang kalau Pinokio itu unik, entahlah mungkin karena Pinokio terbuat dari kayu. Dia juga pernah bilang kalau dia ingin aku seperti Pinokio, jadi kalau aku bohong pasti ketahuan dan hal itu yang membuat aku tersenyum disaat aku mengingatnya. Tama, kemana sosok dirimu kini? Apakah engkau tinggalkan aku hanya karena untuk melupakan adik kecilmu disini? Tama…. Aku ingat kata-katamu dulu saat kita sedang terlentang diatas rumput hijau yang ditemani dengan pohon yang rindang. Matahari pun juga melihat kita berdua. Disitu, kamu berkata, “Jangan pernah sia-siakan orang yang sayang sama kamu Gin.” Tapi, mengapa kamu yang menyia-yiakan orang tersebut, yaitu aku, adik kecilmu. Tama, aku sayang sama kamu walaupun kita itu hanya teman dan aku selalu menganggap kamu lebih dari teman.
***
            22hari berlalu, kini aku hanya memandang pelangi yang datang setelah hujan. Dari kejauhan, aku melihat kamar Tama yang berada didepan kamarku tapi beda rumah. Kaca jendela kamarnya berada didepan kaca jendela kamarku  dan disitulah pertama kali kita bertemu dan berkenalan denganmu Tama. Saat pertama kali bertemu, kamu terlihat ramah padaku, senyuman yang dihiasi dengan lesung pipitmu membuat senyuman itu manis sekali. Tama, aku ingat kejadian itu. Apakah kamu ingat? Kamu pernah bilang kalau pelangi itu indah, indah seperti diriku. Tama, apakah kata-kata itu masih untukku? Apakah untuk adik kecil lain yang sekarang kamu temani? Coba saja kamu masih berada disini dan tak pergi jauh dariku, pasti sekarang kita melihat pelangi berdua Tam…
***
            “Gin, jangan telat makan yaaa. Ingat lho, kamu punya maag, jangan sampai kambuh yaa.” Ucapan itu masih tercatat diotakku dan masih terulang dipikiranku. Aku kangen perhatianmu Tam, perhatian kamu yang seperti kakak kandung yang perhatian kepada adiknya sendiri Tam. Tapi, perhatianmu itu terlalu lembut. Aku ingat, waktu aku sakit dan aku terpaksa dirawat dirumah sakit, kamu slalu menjengukku, melihat keadaanku, menemaniku dan tak lupa membawa sebungkus wafer coklat kesukaanku. Disaat aku lemah, kau slalu ada untukku, namun, kamu berkata aneh padaku, “Gin, cepat sembuh ya, biar kamu bisa melakukan aktivitas yang lain dan kamu nggak usah butuh aku lagi disaat kamu sembuh.”
            “Tam, kamu ngomong apa sih? Aku nggak ngerti.”
            “Suatu saat kamu juga bakalan mengerti ko. Kamu tahu kan cerita tentang novel yang waktu itu aku beli? Ingatkan?”
            “Iya Tam, kenapa?”
            “aku rasa, cerita itu benar, kalau tak selamanya orang yang sayang sama kamu slalu berada disampingmu.”
            “Ya memang tidak, karena mereka kan bisa pergi jauh dariku. Ya maksudku dengan pergi jauh dari dunia ini. Memang kenapa Tam? Apa hubungannya?”
            Tama hanya diam dan tersenyum, kemudian mengelus rambutku yang hitam. Aku menatapnya heran, namun aku juga menyelipkan senyumanku untuknya, Tama.
***
            Aku merasakan hal yang aneh, sudah lebih dari seminggu tak ada kabar dari Tama. Ponselnya juga tak bisa dihubungi, aku benar-benar khawatir tentang Tama. Dan keberadaan rumahnya juga mulai sepi, akupun sudah jarang melihat keluarganya, bahkan rumahnya seperti sudah tak ditempati lagi. Dan akhirnya aku mendapatkan kabar dari Tama. Tama sendiri yang menghubungiku, aku begitu senang mendapatkan panggilan dari dirinya.
            “Halo? Tama?”
            “Gin, aku tunggu kamu dipohon ya. Sekarang.”
            “Memangnya………………………………” tiba-tiba, “Tut.. tut.. tut.. tut..”
            Disinilah kejadian yang membuatku tak tahan air mataku, pengakuan Tama slama ini, Tama harus pergi, Tama harus meninggalkanku demi penyakitnya. Aku mendukung tapi sedikit tak rela. Dan akhirnya kini cerita novel yang Tama beli waktu itu, ternyata menjadi kenyataan. Akupun mengalaminya.
            “Tam, kemana saja dirimu?”
            “Duduk Gin sini.”
Tak seperti biasanya, diraut wajahnya. Aku duduk disamping Tama, melihat Tama dengan rasa heran. Aku lihat wajah Tama seperti tak biasanya, raut wajahnya menyelipkan sesuatu. Ku rasa Tama ada masalah.
            “Gina, kamu mau buat aku senangkan? Aku yakin kamu slalu mendukungku apapun yang terjadi walaupun kamu tak rela.”
            “Maksudmu apa Tam?”
            “Aku mau kamu mendukung kepergianku. Aku ingin pergi ke luar negri, slama ini aku menghilang karena aku berada dirumah sakit. Sebenarnya ada rahasia yang tak pernah aku beri tahu kepadamu, aku mengidap penyakit berbahaya. Dan dokter bilang aku harus dirawat diluar negri. Tapi entah, aku akan bisa kembali kesini atau aku akan selamanya disana. Karena penyakitku ini sudah sangat bahaya.  Jadi, harapan untuk sembuh sudah hampir hilang.”
            “Tam…. Kamu becanda kan?”
            “Aku serius Gin. doain aku ya, besok aku akan berangkat.”
            Seketika saat mengingat kejadian itu, aku langsung menatap laci kamar yang terdapat bingkai foto yang isinya fotoku bersama Tama. Terlihat aku sedang tersenyum difoto tersebut sedangkan, Tama sedang memberikan raut mukanya yang lucu. Latar tempat foto itu disebuah taman, dimana tempat aku dan Tama berbagi cerita. Tama, aku rindu sosokmu. Aku rindu senyuman yang kamu berikan slalu untukku. Tama, apa kabar dirimu disana? Aku hanya bertanya dalam hati tentang dirimu dan kini aku mencoba untuk bisa menjalani hari tanpamu. Setelah kejadian itu, aku menjalani hari tanpa senyuman Tama, tanpa ditemani Tama, tanpa disemangati Tama. Ternyata bukan aku saja yang kehilangan sosok Tama, bahkan dengan Hanna. Dia adalah teman Tama, teman seumuran dengannya, dia mempunyai perasaan yang sama denganku yaitu, mengaguminya diam-diam. Hanna bercerita padaku tentang perasaannya tapi, aku memutuskan untuk bercerita tentang perasaanku terhadap Tama.
            “Gin, Tama kemana sih? Ko nggak kelihatan dari kemarin?” Tanya Hanna dengan nada penasaran dan kekhawatirannya. Aku pun juga pernah merasakan hal seperti itu.
            “Memangnya kamu belum tahu tentang kabar Tama, Kak? Tama ke luar negri, dia mau menyembuhkan penyakitnya yang sudah divonis dokter berbahaya.”
            Seketika Hanna kaget, merasa tak percaya dengan apa yang aku bicarakan. Memang, aku mengerti perasaan Hanna.  Seseorang yang sangat sayang kepada Tama dan pernah sempat berfikir kalau aku itu adalah pacarnya. Hanna juga pernah meminta padaku untuk menyomblanginya dengan Tama, jika hal itu berhasil, aku akan mendapatkan apa yang aku mau. Hanna memang kaya, terkenal dengan uangnya, dia juga dipandang orang-orang. Tapi maaf, Tama bukan aku jual untuk Hanna. Aku juga tak mau memaksakan Tama berpacaran dengan Hanna, karena Tama sendiri tak suka pada Hanna.
            “Serius?”
            Aku mengangguk, kemudian pergi meninggalkan Hanna yang sedang berada disekolahku untuk menemuiku hanya untuk menanyakan tentang Tama. Tama, tahukan kamu? ternyata disini banyak yang sayang sama kamu. Apa kamu menyadarinya?
***
            Sudah beberapa tahun aku menjalani hariku seperti ini. Bahkan aku sudah bisa melupakan Tama dan membuka hati kepada orang-orang yang sayang kepadaku. Tapi, kadang masih terlihat jelas diotakku tentang kenangan bersama Tama. Namun, itu harus aku kenang dan tak akan aku lupakan. Aku sekarang menginjak kakiku di Negara yang terkenal dengan jam besarnya yaitu, Inggris. Aku juga bersekolah di London, tapi entah aku terkadang mengharapkan kalau aku akan bertemu Tama. Bersama sahabatku, Dimas, hari-hariku terasa menyenangkan.
            “Apakah kamu Gina?” Ucap seorang ibu yang sudah berumur. Berpakaian rapi, tapi, layaknya orang Indonesia.
            “Iya.”
            “Apakah kamu lupa dengan Tante? Ingatkah kamu Gina?”
            Aku memutar otakku untuk mengingat. Ya! Dia adalah ibunda dari Tama. Apakah Tama bersamanya? Bisakah aku bertemu Tama?
            “Ibunda Tama? Oh syukurlah, tante, aku kangen dirimu.”
            “Tante juga sayang. Masih ingat dengan Tama? Apakah kamu kangen dirinya?”
            Aku mengangguk pelan. Menyelipkan senyuman kecil pada kepalaku yang mengangguk.  Tentu saja aku kangen Tama, mana mungkin aku tak kangen dengan sosok dirinya yang pernah menetap dihatiku. Walaupun sekarang tak terlalu ada, karena aku tak mau terlalu memikirkan tentang cinta.
            “Mau ikut Tante?”
            “Kemana?”
            “Ke tempat tinggalnya Tama sekarang.”
***
            Ternyata aku sudah mengetahui dimana Tama sekarang. Dimana tempat tinggal Tama sekarang. Dan tempat itu tempat terakhir untuk Tama. Sebuah pemakaman, disitulah Tama berada. Tama sudah tertidur untuk selamanya. Penyakitnya berhasil membuat aku dan Tama berpisah. Disitu aku melihat, nama Tama dicantumkan. Aku sekarang tahu bahwa Tama tak ada lagi didunia ini. Mungkin hanya kenangan yang dapat aku kenang. Tam, aku ingat perkataanmu, perkataan janji dan akupun harus menerima janji itu dan menepatinya.
            “Gin, kalau nanti aku sudah tak ada, tetap tersenyum ya. Kasih yang terbaik kepada orang-orang yang kamu sayang dan sayang sama kamu juga. Jangan sia-siakan orang yang sayang sama kamu dan juga kamu harus janji, kalau kamu harus bisa jalani hari tanpaku. Janji?”
            Disitulah ucapan Tama padaku saat Tama mulai berjalan menuju pesawat terbang yang berangkat menuju Inggris. Tama, ternyata disitulah kamu berada. Sekarang kamu sudah istirahat dengan tenang. Walaupun air mataku tak kuat menahan dan hatiku sedikit tak rela dengan kepergian dirimu.
***
            “Ini Gin, untukmu. Tama menitipkannya kepada tante. Karena dia tahu, bahwa tante akan bertemu dengan kamu disuatu tempat. Tolong bukalah..” Ibunda Tama memberikan sebuah kotak kayu. Agak berdebu dan sedikit terlihat usang. Kelihatannya kotak kayu ini dibuatnya dari beberapa tahun yang lalu. Aku buka kotak itu pelan-pelan. Terlihat sebuah kalung perak bertuliskan huruf alfabet TG dan juga terdapat foto aku bersama Tama. Dibalik foto itu dituliskan, “Tama & Gina.” Kemudian, disamping namaku ada tanda hati berwarna merah. Tama, terima kasih ya atas semua yang kamu berikan kepadaku. Dan kamu, orang yang berarti untukku kemarin, hari ini dan untuk selamanya. Kini aku hanya bisa mendoakan agar kamu tenang disana. Dan suatu saat nanti, kita akan bersama di dalam surga dengan keadaan yang sangat membahagiakan. Aku sayang dirimu Tama :’)

Pinocchio by Yulia Shyfa Pertiwi

Selasa, 07 Oktober 2014

Tentang Brosur

Banyak sekali orang yang berkata “Mba, Mas, bagi brosurnya dong!”. Sebenarnya, apasih brosur itu? Menurut saya Brosur adalah selembar kertas yang digunakan untuk memberi informasi atau menawarkan suatu produk atau jasa. Banyak orang yang beranggapan "Ah males ah bikin brosur sendiri. susah bikinnya!". Eitss, kata siapa susah? Kita bisa loh membuat brosur dengan menggunakan aplikasi Corel Draw, Ms.Word, Ms.Publisher.
Nah, kali ini saya akan ngasih tau beberapa cara untuk membuat brosur menggunakan Ms.Publisher. Tapi sebelumnya, siapin dulu ya data yang ingin ditampilkan dibrosur.
Ikutin langkah-langkah berikut yuk! Fokus yaa :D

1.       Buka Program Ms.Publisher di Menu Start.

(Buka Programnya dengan cara double klik ya)

2.       Kalo udah kebuka Ms.Publishernya, di menu awalnya ada banyak pilihan. Nah, kalian pilihnya yang brochures ya.

(Klik yang brochures ya teman-teman)

3.       Kalo udah di klik yang brochuresnya, maka nanti ada tampilan yang berisikan model- model brosur.

(Pilih aja model brosur yang kamu pengen dan kamu suka)

4.       Kalo sudah dipilih, maka kreasikan brosurmu.

(Ini awal model yang tadi aku pilih. Masih membosankan??)

5.       Mulai mengedit brosur.

 
(Pertama-tama aku ngedit colour schemes-nya dulu. Liat petujuknya. Mengerti?! Ini mudah loh) 

(Untuk ubah background, caranya Format >> Background)

(Kamu bisa pilih mau yang udah disediain, atau kamu mau costum sendiri backgroundnya)

6.       Masukan Data yang Ingin Ditampilkan di Brosur

(Ini sudah dimasukan semua datanya dihalaman pertama)

7.       Jika sudah merapihkan dihalaman pertama, lalu rapihkanlah halaman kedua.

(Dihalaman ini, kita dapat mengubah backgroundnya dengan cara yang sama sebelumnya.)

8.       Masukkan data yang ingin ditampilkan dibrosur pada halaman kedua.

(Ini sudah di masukkan data dan diedit. Lucukan?) 

 Selesai, ini Hasilnya
(Halaman I)  
(Halaman II)


Mudah bukan? Kalian bisa membuat sendiri modelnya sesuai dengan keinginan. tanpa ribet, tanpa bayar :D
Alasan saya memposting tentang brosur, karena saya rasa banyak orang yang beranggapan membuat brosur itu sulit, rempong dan membutuhkan banyak biaya dan waktu. pernyataan tersebut tidak sesuai dengan kenyataannya :)
Alasan kedua saya, agar orang-orang bisa lebih menghargai brosur. bukan hanya "Mba, mas, minta brosurnya dong!", setelah dibaca sedikit langsung dibuang atau disobek.
So! it's my posting! Maaf kalo ada kesalahan, maaf kalo ngebingungin, mohon dimaafkan yeah!
Oke guys, sampai bertemu dipostingan selanjutnyaaaaaaaaaa :D :)

Selasa, 16 September 2014

Contoh Komik


Contoh Komik tentang berhijab. Yuk berhijab! ^-^
Dibuat menggunakan aplikasi/ software Paint

Contoh Logo


Contoh Logo ( Logo Harpat Universiti)
Logo dibuat menggunakan aplikasi/ software Ms. Publisher